12 Sejarah Angklung Alat Musik Beserta Rangkumannya
Sejarah Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu. Alat musik ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya, mencerminkan perkembangan budaya, seni, dan masyarakat di Nusantara. Berikut ini adalah sejarah angklung.
Sejarah Angklung Alat Musik |
Sejarah Awal Angklung
Angklung pertama kali dikenal di Nusantara, khususnya di
daerah Sunda, Jawa Barat. Alat musik ini sudah ada sejak zaman kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia. Beberapa sumber menyebutkan bahwa angklung sudah ada
sejak abad ke-7 Masehi, meskipun bukti tertulis yang kuat baru ditemukan dari
masa kerajaan Sunda, sekitar abad ke-14 dan 15.
Fungsi
Ritual dan Keagamaan
Pada awalnya, angklung digunakan dalam konteks ritual dan upacara
keagamaan. Alat musik ini dianggap memiliki kekuatan magis yang mampu
mendatangkan keberkahan dan kesejahteraan. Masyarakat Sunda pada masa itu
mempercayai bahwa bunyi angklung mampu memanggil Dewi Sri, dewi padi dan
kesuburan, sehingga angklung sering dimainkan pada upacara-upacara agraris,
seperti upacara Seren Taun yang merupakan syukuran panen padi.
Penyebaran
Angklung
Seiring berjalannya waktu, angklung tidak hanya dimainkan
di wilayah Sunda tetapi juga menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, seperti
Bali, Kalimantan, dan Sumatra. Penyebaran ini disebabkan oleh perpindahan
penduduk dan interaksi antar suku. Dalam perjalanannya, angklung mengalami
berbagai modifikasi dan adaptasi sesuai dengan budaya lokal di setiap daerah
yang menerimanya.
Kolonialisme
dan Modernisasi
Pada masa kolonial Belanda, angklung mengalami penurunan
popularitas. Kebijakan-kebijakan kolonial yang cenderung meremehkan budaya
lokal menyebabkan angklung dan banyak alat musik tradisional lainnya kehilangan
tempatnya dalam kehidupan masyarakat. Namun, pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20, ada upaya revitalisasi budaya lokal oleh para pejuang kebudayaan
Indonesia, salah satunya adalah Daeng Soetigna yang dikenal sebagai Bapak
Angklung Indonesia Modern.
Revitalisasi
oleh Daeng Soetigna
Daeng Soetigna adalah seorang guru musik yang pada tahun
1938 memperkenalkan konsep angklung diatonis. Sebelumnya, angklung hanya
menggunakan tangga nada pentatonis yang terbatas, sehingga sulit untuk
memainkan lagu-lagu modern yang menggunakan tangga nada diatonis. Dengan
inovasi ini, angklung mampu memainkan berbagai macam lagu, baik lagu
tradisional maupun lagu modern, sehingga angklung mendapatkan tempat yang lebih
luas di hati masyarakat.
Angklung
Sebagai Simbol Persatuan
Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, angklung sering
dimainkan sebagai alat pemersatu dan semangat perjuangan. Alat musik ini
dianggap mampu menggugah semangat nasionalisme dan kebersamaan. Setelah
kemerdekaan, angklung terus dipromosikan sebagai bagian dari identitas nasional
dan sering ditampilkan dalam acara-acara resmi, baik di tingkat nasional maupun
internasional.
Angklung
di Era Modern
Pada era modern, angklung tidak hanya dikenal di Indonesia
tetapi juga di berbagai negara di dunia. Berbagai kelompok musik dan komunitas
angklung bermunculan di berbagai negara, mempopulerkan alat musik ini ke
seluruh penjuru dunia. Beberapa upaya signifikan dalam promosi angklung di
kancah internasional antara lain:
Pengakuan
UNESCO
Pada tanggal 18 November 2010, angklung diakui oleh UNESCO
sebagai Warisan Budaya Takbenda Manusia. Pengakuan ini memberikan dorongan
besar bagi upaya pelestarian dan pengembangan angklung. UNESCO mengakui
angklung tidak hanya sebagai alat musik tetapi juga sebagai bagian dari
identitas budaya yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, kerjasama, dan
keharmonisan.
Festival
dan Kompetisi
Berbagai festival dan kompetisi angklung rutin
diselenggarakan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Festival-festival
ini tidak hanya menjadi ajang unjuk kebolehan para pemain angklung tetapi juga
menjadi sarana edukasi dan pertukaran budaya. Salah satu festival angklung yang
terkenal adalah Angklung’s Day yang diperingati setiap tanggal 16 November.
Inovasi
dan Kolaborasi
Para seniman dan pencinta angklung terus melakukan berbagai
inovasi dan kolaborasi untuk menjaga agar angklung tetap relevan dengan
perkembangan zaman. Inovasi-inovasi tersebut meliputi pembuatan angklung
elektrik, kolaborasi dengan musik modern seperti jazz dan pop, serta
pengembangan metode pembelajaran angklung yang lebih menarik bagi generasi
muda.
Angklung
dan Pendidikan
Angklung juga telah menjadi bagian dari kurikulum
pendidikan di Indonesia. Banyak sekolah yang memasukkan angklung sebagai mata
pelajaran seni musik. Pembelajaran angklung di sekolah-sekolah tidak hanya
bertujuan untuk melestarikan budaya tetapi juga untuk mengajarkan nilai-nilai
seperti kerjasama, disiplin, dan kreativitas kepada para siswa.
Angklung
dalam Pendidikan Formal
Dalam pendidikan formal, angklung diajarkan mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pembelajaran angklung tidak
hanya terbatas pada praktik bermain tetapi juga mencakup sejarah, teori musik,
dan teknik pembuatan angklung. Beberapa universitas bahkan memiliki program
studi khusus yang fokus pada musik tradisional, termasuk angklung.
Angklung
sebagai Alat Terapi
Selain dalam pendidikan formal, angklung juga digunakan
dalam terapi musik. Bunyi angklung yang harmonis dan alami dianggap memiliki
efek relaksasi yang baik untuk kesehatan mental. Terapi musik menggunakan
angklung telah diterapkan di beberapa rumah sakit dan pusat rehabilitasi untuk
membantu proses penyembuhan pasien.
Tantangan
dan Peluang
Meskipun angklung telah mendapatkan pengakuan internasional
dan memiliki banyak kelebihan, alat musik ini masih menghadapi berbagai
tantangan. Salah satu tantangan utama adalah persaingan dengan musik dan alat
musik modern yang lebih populer di kalangan generasi muda. Oleh karena itu,
diperlukan upaya-upaya kreatif untuk menjaga agar angklung tetap diminati dan
dimainkan oleh masyarakat.
Tantangan
dalam Pelestarian
Pelestarian angklung membutuhkan dukungan dari berbagai
pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Dukungan tersebut bisa
berupa pendanaan untuk kegiatan pelestarian, penyediaan fasilitas dan
infrastruktur, serta kebijakan yang mendukung pengembangan seni dan budaya
lokal. Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya
melestarikan budaya lokal juga menjadi kunci dalam upaya pelestarian angklung.
Peluang
dalam Era Digital
Era digital memberikan peluang besar bagi pelestarian dan
promosi angklung. Platform media sosial dan situs berbagi video seperti YouTube
dapat digunakan untuk menyebarkan informasi dan konten tentang angklung kepada
audiens yang lebih luas. Selain itu, teknologi digital juga memungkinkan
pengembangan aplikasi dan perangkat lunak pembelajaran angklung yang interaktif
dan menarik bagi generasi muda.
Angklung
adalah alat musik yang terdiri dari tabung-tabung bambu yang dipasang pada
sebuah rangka. Meskipun angklung umumnya dikenal dalam bentuk tradisionalnya,
ada berbagai macam angklung yang berkembang seiring waktu. Berikut adalah
beberapa jenis angklung yang ada:
1. Angklung Kanekes
Angklung
Kanekes adalah jenis angklung yang dimainkan oleh masyarakat Baduy (Kanekes) di
Banten. Alat musik ini digunakan dalam berbagai upacara adat, terutama yang
berkaitan dengan pertanian dan panen. Angklung Kanekes memiliki nada pentatonis
dan dibuat dari bambu hitam atau bambu kuning.
2. Angklung Dogdog Lojor
Jenis
angklung ini berasal dari daerah Lebak, Banten. Angklung Dogdog Lojor biasanya
dimainkan bersama dengan alat musik dogdog (sejenis drum) dalam upacara adat
Seren Taun, sebuah upacara yang menandai musim panen padi.
3. Angklung Badeng
Angklung
Badeng berasal dari daerah Malangbong, Garut, Jawa Barat. Alat musik ini
digunakan dalam kegiatan keagamaan Islam, terutama dalam perayaan Maulid Nabi.
Angklung Badeng memiliki ciri khas dalam bentuknya yang lebih besar dan penggunaan
tangga nada pentatonis.
4. Angklung Gubrag
Angklung
Gubrag berasal dari daerah Bogor, Jawa Barat. Alat musik ini digunakan dalam
ritual meminta hujan dan upacara adat lainnya. Angklung Gubrag memiliki ukuran
yang besar dan dimainkan dengan cara digoyangkan.
5. Angklung Padaeng
Angklung
Padaeng adalah jenis angklung yang diperkenalkan oleh Daeng Soetigna pada tahun
1938. Inovasi utama dari angklung ini adalah penggunaan tangga nada diatonis,
yang memungkinkan angklung memainkan lagu-lagu modern. Angklung Padaeng menjadi
sangat populer dan sering digunakan dalam pendidikan musik di sekolah-sekolah.
6. Angklung Sarinande
Angklung
Sarinande adalah hasil inovasi lain dari angklung diatonis yang memungkinkan
alat musik ini memainkan tangga nada kromatis. Angklung ini sering digunakan
dalam ansambel musik modern dan orkestra.
7. Angklung Toel
Angklung
Toel adalah inovasi modern yang memungkinkan angklung dimainkan dengan cara
ditekan (toel) pada bagian tertentu. Alat musik ini memungkinkan pemain untuk
memainkan melodi dan akord dengan lebih mudah, dan sering digunakan dalam
pertunjukan musik kontemporer.
8. Angklung Elektrik
Angklung
Elektrik adalah jenis angklung yang dilengkapi dengan sensor elektronik untuk
menghasilkan suara. Alat musik ini dapat dihubungkan dengan sistem suara modern
dan digunakan dalam berbagai genre musik, termasuk pop dan jazz.
9. Angklung Mini
Angklung
Mini adalah versi kecil dari angklung tradisional. Biasanya digunakan sebagai
alat peraga pendidikan dan souvenir. Meskipun ukurannya kecil, angklung mini
tetap dapat menghasilkan suara yang khas dan digunakan untuk memainkan lagu
sederhana.
10. Angklung Interaktif
Jenis
angklung ini dirancang untuk pembelajaran interaktif. Angklung Interaktif
biasanya dilengkapi dengan teknologi digital, seperti aplikasi mobile, yang
membantu pemain belajar bermain angklung dengan cara yang menyenangkan dan
interaktif.
11. Angklung Banyuwangi
Angklung
Banyuwangi berasal dari daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Alat musik ini memiliki
bentuk dan cara bermain yang sedikit berbeda dari angklung Sunda. Angklung
Banyuwangi sering digunakan dalam pertunjukan seni khas Banyuwangi, seperti
Tari Gandrung.
12. Angklung Reog
Angklung
Reog digunakan dalam pertunjukan Reog Ponorogo, sebuah seni pertunjukan tradisional
dari Jawa Timur. Angklung Reog memiliki suara yang kuat dan digunakan untuk
mengiringi tari dan aksi dalam pertunjukan Reog.
Setiap
jenis angklung memiliki karakteristik dan fungsi yang unik, mencerminkan
kekayaan budaya dan tradisi di berbagai daerah di Indonesia. Dengan berbagai
inovasi dan adaptasi, angklung terus berkembang dan tetap relevan dalam dunia
musik modern.
Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang
memiliki sejarah panjang dan kaya. Dari fungsinya dalam upacara keagamaan hingga
pengakuan internasional oleh UNESCO, angklung telah mengalami berbagai
perubahan dan adaptasi. Inovasi dan upaya pelestarian terus dilakukan agar
angklung tetap relevan dengan perkembangan zaman. Dengan dukungan dari berbagai
pihak dan pemanfaatan teknologi digital, angklung diharapkan dapat terus
dimainkan dan dihargai oleh generasi-generasi mendatang.
Secara keseluruhan, angklung tidak hanya merupakan alat musik tetapi juga simbol kebersamaan, keharmonisan, dan identitas budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Melalui pendidikan, festival, dan inovasi, angklung akan terus menjadi bagian penting dari warisan budaya Indonesia yang mendunia. Itulah pembahasan hitesia.com tentang alat musik angklung dan sejarahnya.